Sabtu, 14 Juli 2012

PLACE-BASED EDUCATION


PLACE-BASED EDUCATION
Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal
dalam Pembelajaran Ilmu Biologi

Oleh
 Siti Lestari Dewi

A.   Pendahuluan

Di Amerika istilah Place Based Education (PBE) diartikan sebagai pendidikan berbasis tempat/local. Di Indonesia PBE dikenal  sebagai Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) yaitu proses pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekitar yang merupakan cirri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi dan lain-lain sebagai titik awal untuk  mengajarkan konsep dalam pelajaran bahasa, matematika, ilmu sosial ilmu alam, dan pelajaran lainnya pada kurikulum (Depdiknas, 2008).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB X pasal 36 ayat (3) butir c dinyatakan bahwa Kurikulum disusun sesuai dengan memperhatikan keragaman potensi daerah dan lingkungan, pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat keterampilan/ kejuruan (butir i) dan muatan lokal (butir j). Selain itu dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada BAB III pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Landasan yuridis mengharuskan sekolah untuk menerapkan model pendidikan berbasis keunggulan lokal. Pemberdayaan potensi lokal yang terintegrasikan dalam pembelajaran dan diwujudkan dalam pembelajaran berbasis keunggulan lokal mmerupakan suatu bentuk demokratisasi dan desenteralisasi pendidikan sebagaimana menjadi salah satu ciri paradigma baru pendidikan nasional seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.  
Apa yang menjadi orientasi PBKL dan PBE sama-sama memberdayakan potensi daerah/lokal melalui pembelajaran sehingga menjadi investasi bagi pembangunan daerah di masa yang akan datang. Melalui pembelajaran PBE/PBKL siswa di arahkan memahami potensi unggulan daerahnya, dilatih memberdayakan potensi keunggulan dengan kepemilikan keterampilan yang sesuai dengan potensi tersebut.
 Dengan menekankan pada  pembelajaran sambil praktik, dan pengalaman dunia nyata, pendekatan pendidikan ini meningkatkan pencapaian akademik, membantu siswa membangun kebanggaan  terhadap masyarakatnya, meningkatkan kecintaan  siswa terhadap alam, dan komitmen kuat  untuk memberi sumbangsih terhadap lingkungan  sekitarnya. Pendidikan berbasis tempat/lokal merupakan kegiatan yang dilakukan dengan kegiatan outdoor dengan maksud agar mampu memahami alam dengan memberi pengalaman langsung dan belajar langsung di luar kelas.
PBE/PBKL akan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. PBE/PBKL memberikan pemahaman kepada siswa bahwa masyarakat lokal sebagai salah satu sumber daya utama untuk belajar. PBE/PBKL ada perbedaannya dari pembelajaran dengan menggunakan teks konvensional, karena PBE/PBKL mempromosikan belajar yang berakar dalam keunikan lingkungan lokal, budaya, dan ekonomi. Walaupun model pengajaran PBE/PBKL berorientasi potensi lokal tetapi dapat juga digunakan dalam pengajaran dengan materi isu-isu nasional bahkan internasional. Tetapi dalam pembelajaran dengan isu-isu di luar potensi lokal harus dilandasi dengan budaya, sejarah dan kearifan lokal.
Program PBKL dikembangkan sebagai perluasan program kecakapan hidup (life skill) (Depdiknas, 2008). Sejak dirintisnya tahun 2002 program Life Skill melalui program Broad Based Education (BBE) juga dikembangkan keterampilan khusus yang bersifat vokasional.
Sejak mulai dirintisnya tahun 2008 sampai 2011 program PBE/PBKL juga tidak berjalan dengan baik seperti halnya program life skill. Berdasarkan pengamatan bahwa penyebab tidak berjalannya program PBE/PBKL seperti yang diharapkan karena banyaknya guru dan kepala sekolah yang belum mampu mengoperasionalkan pendidikan berbasis keunggulan lokal ke dalam kurikulum sekolah dalam bentuk sebagai mata pelajaran keterampilan, muatan lokal maupun yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. Banyaknya guru yang tidak mampu menerapkan model ini disebabkan belum adanya contoh kurikulum operasional implementasi model ini terutama yang diintegrasikan dalam mata pelajaran.
Propinsi Jambi sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang beragam dan diantaranya banyak tidak dimiliki oleh negara lain di dunia. Jenis potensi kekayaan alam tersebut tersebar diseluruh wilayah dengan karakteristik yang berbeda. Potensi sumber daya alam harus dikelola oleh putra-putri Jambi untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan rakyat. Jika potensi sumber daya alam itu tidak diberdayakan dan dimanfaatkan oleh bukan  warga Jambi atau dikelola oleh pihak asing maka manfaatnya juga tidak akan sepenuhnya bisa dinikmati oleh masyarakat Jambi itu sendiri. Pengelolaan oleh pihak asing seperti pada pengelolaan beberapa potensi yang lain tentu saja sangat mungkin terjadi jika masyarakat Jambi tidak memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola potensi keunggulan lokal yang dimilikinya. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah upaya mempersiapkan sumber daya manusia agar mengenal potensi keunggulan lokal di daerahnya sehingga mampu mengelolanya dengan baik dengan menjaga kesinambungan potensi keunggulan lokal bagi generasi berikutnya. Sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang potensi keunggulan lokal hanya akan efektif dilakukan melalui pendidikan.
Pendidikan di Indonesia harus diarahkan bagi pembangunan budaya dan pemberdayaan potensi kekayaan alam. Arah pendidikan di suatu negara menjadi cerminan eksistensi suatu bangsa. Karena eksistensi budaya dan pemanfaatan kekayaan alam yang bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kemajuan dan kesejahteraan serta martabat suatu bangsa dan negara. Seberapa mampukah suatu negara dapat menginternalisasikan pembangunan budaya dan pemberdayaan potensi kekayaan alam sangat tergantung dari pola pendidikan yang dianutnya. Internalisasi pola pendidikan yang memberikan bagi terwujudnya budaya yang bernilai tinggi dan termanfaatkannya kekayaan alam yang dikelola oleh putra-putri Indonesia hendaknya dapat direalisasikan. Pola pendidikan yang memfasilitasi internalisasi budaya dan pemanfaatan potensi alam dapat dilakukan  melalui PBKL.
Dalam PBE/PBKL akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar memahami potensi daerahnya, menanamkan nilai-nilai dan perasaan memiliki serta keterampilan untuk memanfaatkan potensi keunggulan lokal secara bijaksana dan bertanggung jawab. Melalui proses yang dikembangkan dalam PBKL, guru dan siswa berinteraksi dengan masyarakat merencanakan pembelajaran berdasarkan potensi keunggulan lokal yang mungkin bisa dikembangkan bagi kepentingan masa depan siswa sebagai pelaku-pelaku yang memberdayakan potensi lokal didaerahnya. Keterlibatan masyarakat sebagai perencana dalam pembelajaran siswa akan mengasah kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi yang sangat bermanfaat bagi siswa. Materi pembelajaran yang bersumber dari potensi lokal akan melatih kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah yang terkait dengan potensi keunggulan lokal di lingkungan siswa.
B.   Strategi Pengembangan Kurikulum, Implementasi dan Evaluasi

PBE/PBKL yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah dapat dikembangkan dengan berlandaskan  kurikulum sekolah (KTSP). Pengintegrasian PBE/PBKL di awali dengan analisis potensi dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pengembangan kompetensi siswa sesuai dengan bakat dan minatnya (Depdiknas , 2008).
 PBE/PBKL dapat terwujud dalam bentuk mata pelajaran, muatan lokal dan dapat terintegrasi dalam mata pelajaran. Pada bahasan ini bahwa PBKL terintegrasi dalam mata pelajaran biologi. Implementasi PBE/PBKL pada mata pelajaran biologi yaitu dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran biologi, yang selanjutnya menjadi dasar dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran. Namun nuansa PBKL pada perangkat yang dikembangkan sangat jelas terlihat dan operasional.

Walaupun PBE/PBKL di Amerika banyak diterapkan melalui strategi inquiry, namun strategi atau metode pembelajaran yang digunakan dalam PBE/PBKL tidak terikat dengan satu strategi atau metode tertentu, dan dapat menggunakan strategi atau metode yang disesuaikan dengan kondisi bahan ajar dan lingkungan yang ada. Deskripsi PBE/PBKL seperti; pembelajaran sebagian dilakukan di luar kelas, pembelajaran terorientasi mengembangkan keterampilan siswa sesuai dengan potensi keunggulan lokal maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran ini dilakukan melalui pendekatan konstruktivisme yang terorientasi terpusat pada siswa. Keberadaan guru sebagai fasilitator dalam PBKL dapat mencairkan nuansa formal dan kaku seperti yang sering terjadi pada pembelajaran konvensional.

Sekolah harus mampu merancang program pembelajaran untuk membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan seperti berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, strategi perubahan sosial. Ketrampilan-keterampilan seperti ini akan membantu siswa untuk mencapai tujuannya secara lebih efektif yang muncul dari sikap peduli lingkungannya. Sekolah harus memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk mempertimbangkan dan mengklarifikasi nilai-nilainya yang berkaitan dengan berbagai hal yang ada di lingkungannya/daerahnya.
Perlu dikembangkan strategi untuk pengembangan kurikulum, implementasi, dan evaluasi. Strategi di bawah ini cukup efektif untuk memapankan program PBE/PBKL :
1.    Membentuk dan memapankan komite untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program PBE/PBKL dan memfasilitasi komunikasi.
Tugas komite adalah:
1. Membantu pengembangan filosofi dan struktur program
2. Mengidentifikasi perubahan yang diperlukan untuk secara penuh implementasi program.
3. Mengidentifikasi kekuatan sistem di sekolah dan di masyarakat.
4. Mengembangkan strategi untuk implementasi program
5. Mengimplementasikan program
6. Mengadministrasikan program
7. Memelihari komunikasi yang efektif di dalam sistem sekolah dan diantara system sekolah dan masyarakat.
8. Mengevaluasi keefektifan program dalam pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus.

2.    Menyusun maksud/tujuan umum sesuai dengan program yang akan dirancang.
Tanpa menyatakan tujuan, program akan menjadi pengalaman-pengalaman yang tidak berkaitan, dan terbatas hanya pada tujuan program yang terbatas. Tujuan umum program pendidikan ini adalah mengembangkan setiap individu dalam hal:
1.    Kesadaran, pemahaman dan kepedulian terhadap potensi keunggulan lokal/daerahnya
2.    Kesadaran, pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalahnya yang berkaitan.
3.    Pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan komitmen untuk bekerja dalam mengembangkan potensi keunggulan lokal/daerahnya
4.    Pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan komitmen untuk bekerja dalam pemecahan masalah-masalah yang ada dan diproyeksikan.

Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan struktur dan proses yang dapat membantu individu dan kelompok:
1. Mendapatkan pemahaman bahwa manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem lingkungan dan apapun yang mereka lakukan terhadap perubahan lingkungan.
2. Mendapatkan pengetahuan dasar untuk dapat memecahkan masalah lingkungan, dan mempertimbangkan tanggung jawab individu-individu dan bagian dari masyarakat untuk bekerjasama dalam pemecahan masalah.
3. Mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak untuk mencegah dan memperbaiki penyalahgunaan lingkungan.

3.    Menyusun tujuan sesuai dengan program yang akan dicapai.
Di bawah ini ada kelompok tujuan yang dapat diukur. Komite harus mendefinisikan tujuan pendidikan kemudian menyatakan tujuan yang dapat diukur baik dalam ranah afektif, kognitif dan keterampilan berperilaku. Tiga kategori tujuan harus dipertimbangkan dalam mengembangkan tujuan khusus program pendidikan lingkungan yang harus diarahkan kepada:
1.    Afektif-membantu individu mendapatkan perasaan yang kuat dan mendasar untuk mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan/daerahnya dan motivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pengembangan potensi daerah serta pemeliharaan dan peningkatan kualitas lingkungan.
2.    Kognitif-membantu individu mendapatkan pemahaman dasar tentang lingkungan, potensi keunggulan lokal/daerahnya secara menyeluruh dan masalah-masalah yang berkaitan.
3.    Keterampilan berperilaku-membantu individu mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak untuk mengembangkan potensi local/daerah, pencegahan degradasi lingkungan dan perbaikan penyalahgunaan lingkungan.

4.    Mereview literature berkaitan dengan teori-teori belajar, pengajaran, dan sikap serta perubahan perilaku yang berfungsi sebagai prinsip-prinsip pemandu dalam formulasi, implementasi, dan evaluasi program.

Hasil review kepustakaan untuk mendapatkan butir-butir berikut di bawah ini diharapkan harus dipertimbangkan dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program PBKL.
1. Perilaku yang positif dan kuat harus diperkuat oleh keadaan di rumah, sekolah,lembaga keagamaan, organisasi generasi muda, dsb.
2. Usaha yang paling efektif adalah mana kala siswa dihadapkan pada tugas yang ada dalam rentang kemampuannya, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.
3. Siswa kemungkinan akan melibatkan diri secara aktif kedalam suatu kegiatan manakala keberadaan mereka memiliki peran bermakna dalam pemilihan dan perencanaan setiap kegiatan.
4.Reaksi dari guru yang berlebihan kemungkinan akan menjadi bertentangan,bertahan atau melarikan diri.
5. Hal yang telah dipelajari kemungkinan besar dapat digunakan jika segera diperoleh sebelum waktunya diperlukan.
6. Proses belajar harus melibatkan metode inkuiri yang dinamis.
7. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa. Hal yang dipelajari harus sesuai dengan yang dia lakukan, bukan sesuai dengan yang dilakukan guru. Hal yang paling penting adalah memberi pengalaman bukan memberi sesuatu yang akan diabaikan siswa.
8. Salah satu kunci motivasi adalah ketakjuban atas suatu penemuan bukan terhadap sesuatu yang secara umum ditampilkan guru dan mengatur siswa agar membuktikannya.
9. Membantu setiap siswa mendapatkan hanya pengetahuan teknis tanpa memperdulikan masalah lingkungan tidak akan meningkatkan kepedulian mereka terhadap masalah lingkungan.
10. Setiap orang kemungkinan akan terlibat di dalam masalah lingkungan secara personal jika kehadirannya memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan.

5.    Menyusun tujuan umum program untuk membantu mencapai maksud dan tujuan yang sudah dinyatakan

Kurikulum harus dirancang baik secara horizontal maupun vertikal. Mata pelajaran seperti sains dan ilmu pengetahuan sosial tidak harus dipelajari secara terpisah; keduanya harus direncanakan sehingga siswa dapat menggunakan kontribusinya secara interdisiplin dalam memahami dan memecahkan masalah. Selanjutnya, kurikulum harus mempertimbangkan perbedaan individu. Tidak ada urutan kebutuhan yang berlaku untuk semua siswa. Dengan demikian kurikulum harus bersifat fleksibel sehingga materi dapat ditampilkan berdasarkan latar belakang, kebutuhan, dan aspirasi siswa


6.    Menyusun kurikulum (model pengajaran) program PBE/PBKL, yang terdiri atas:
a.    Filosofi dan konsep. Program pendidikan in harus membantu siswa memahami filosofi dasar tentang daerahnya, potensi daerahnya dan permasalahan yang berkaitan. Filosofi ini merupakan kerangka dasar program karena konsep-konsepnya mendasar dan esensial untuk pendidikan PBE/PBKL ini.


b.    Proses yang mendasar untuk program.
Bahwa di dalam belajar sains diperlukan keterampilan, yaitu ketrampilan terpadu dan ketrampilan dasar. Ketrampilan dasar meliputi ketrampilan proses untuk melakukan observasi, klasifikasi,pengukuran, komunikasi, dan prediksi, sedangkan ketrampilan terpadu meliputi ketrampilan untuk merumuskan hipotesis, mengontrol variabel, merumuskan masalah, dan interpretasi data.
Proses-proses ini juga membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, merencanakan perubahan sosial, dan komunikasi interpersonal



c.    Penekanan program pada setiap tingkatan.

Kegiatan pendidikan ini pada setiap tingkatan kelas harus memfokuskan pada afektif, kognitif, dan ranah keterampilan berperilaku. Pada kelas-kelas bawah penekanan pada ranah afektif, dan pada kelas-kelas akhir pada ranah kognitif dan keterampilan berperilaku. Siswa harus dilibatkan untuk menggunakan semua inderanya: melihat, mendengar, membaui, menyentuh, dan merasakan (jika mungkin). Siswa harus dibawa kepada berbagai lingkungan fisik dan sosial yang beragam agar memiliki pengalaman.


d.    Model pembelajaran.

Tak satupun model pembelajaran yang dapat direspons semua siswa dalam semua keadaan. Beberapa siswa belajar baik jika berguru bertindak sebagai pemberi informasi. Siswa lain belajar dengan baik jika ada iklim interaksi guru siswa yang cukup kuat. Untuk seorang guru hal yang penting adalah guru membantu keterampilan personal siswa dan situasi yang ada kemudian dipadukan dengan model pembelajaran untuk mendapatkan lingkungan belajar terbaik. Model pembelajaran yang paling umum di kelas adalah guru mencerna informasi sebelumnya dan selanjutnya meneruskan kepada siswa

e.    Panduan kepekaan siswa untuk bekerja pada masalah lingkungan local.

Siswa untuk masuk komunitas dan melakukan pemecahan masalah pada lingkungan sekitar harus terlebih dahulu training intrapersonal dan interpersonal..


7.    Memapankan program pendidikan in-service bagi guru secara komprehensif.
Untuk membantu siswa mendapatkan pengetahuan tentang filosofi daerahnya, potensi daerahnya dan permasalahan yang berkaitan, sikap dan keterampilan yang penting untuk memecahkan masalah-masalah di lingkungan, maka program pendidikan guru harus merupakan bagian integral dari program PBE/PBKL.

8.    Mengembangkan lingkungan penguatan
Untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai-nilai, dan pola perilaku siswa diperlukan lingkungan penguatan yang sangat kuat. Untuk itu sangat penting bagi komite bekerja dengan semua komponen masyarakat untuk mengidentifikasi cara-cara dimana setiap komponen dapat membantu sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan ini yang sudah dinyatakan. Perlu juga setiap komponen masyarakat untuk melakukan asesmen terhadap programnya untuk memperkuat kontribusi PBE/PBKL kepada seluruh masyarakat

9.    Menyusun strategi untuk menangani kesenjangan program
Untuk menangani masalah kendala pada implementasi program PBE/PBKL, sangat penting komite mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi kendala dan perlu ditangani agar pendidikan ini dapat berhasil. Salah satu hal yang harus dilakukan komite adalah melakukan analisis lapangan untuk membantu memecahkan setiap masalah. Setiap masalah dan tujuannya harus dinyatakan secara jelas akan mampu membantu memecahkan masalah. Langkah berikutnya adalah melakukan asesmen terhadap kekuatan atau daya dorong dan kelemahan masalah khusus. Langkah terakhir adalah mengidentifikasi tindakan dan strategi yang mungkin untuk membantu mencapai tujuan dengan menggunakan kekuatan untuk menangani kelemahan.

10. Mengembangkan instrumen untuk evalusi keefektifan program

Hal yang sangat penting adalah bahwa program PBE/PBKL harus dievaluasi secara berkala untuk menentukan tercapainya tujuan yang telah dinyatakan. Hasil evalusi harus digunakan sebagai balikan sehingga program dapat dimodifikasi untuk mencerminkan informasi yang dihasilkan dari instrumen evaluasi.

Instrumen penilaian yang dapat dipercaya telah dikembangkan di lapangan untuk mengukur perubahan pada siswa dan guru dalam hal orientasi masyarakat, ranah kognitif, ranah afektif, keterampilan berperilaku, persepsi terhadap lingkungan/daerahnya, nilai-nilai dan perilaku eksplorasi, konsep diri, interaksi siswa-guru, motivasi, dan pemahaman konsep. Individu-individu dan komite yang tertarik dalam evaluasi program ini harus familiar, akrab dengan instrument.



C.   Pemanfaatan Potensi Lokal dalam Pengembangan dan Pelaksanaan KTSP SMA di Kabupaten Batanghari.

Perlu dilakukan identifikasi terhadap Potensi Lokal yang ada di wilayah/daerah Jambi. Identifikasi dapat dilakukan oleh guru-guru MGMP biologi di masing-masing sekolah. Sekolah membuat perencanaan dan melakukan pemanfaatan potensi local yang ada disekitar sekolah masing-masing walaupun kadar pemanfaatannya masih sangat terbatas dan berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lain.

Berikut daftar Potensi Sekolah/ Lokasi dekat sekolah  dan Potensi Luar Sekolah (dalam Satu Kabupaten) yang Sekiranya Dapat Digunakan untuk Mendukung Pembelajaran Biologi Tetapi Belum Dimanfaatkan dalam Pembelajaran Biologi di Kabupaten Batanghari


No
Potensi sekolah/lokasi dekat sekolah
Karakteristik
Topik Pembelajaran
1
Tanaman obat dan
tanaman hias
Memiliki banyak jenis,
terstruktur dalam lokasi
terpisah
Keanekaragaman hayati, modifikasi akar, batang dan daun
2
Jagung dan kacang
Mudah ditanam, mudah
didapat, bisa ditanam setiap saat, memiliki struktur yang jelas, representatif sebagai
contoh dikotil dan monokotil
Struktur tumbuhan dikotil dan monokotil
3
Rhoediscolor
Memiliki permukaan daun
yang berbeda warnanya antara permukaan atas dan bawah, epidermis berwarna, daun tebal, lunak, mudah disayat
Plasmolisis
4
Tempat pengolahan
sampah
Sampah telah dipisahkan menurut jenisnya
Daur ulang limbah
Mengolah limbah organic dan anorganik
5
Taman Sekolah
Memiliki koleksi yang sangat lengkap terkait dengan tanaman hias yang dikelola oleh para siswa sendiri
·         Keanekaragaman organism
·         Keanekaragaman bunga
·         Klasifikasi
·         Jaringan Tumbuhan
·         Reproduksi
6
Hutan
Banyak jenis tanaman, terpola, luas, dalam petak-petak yang jelas,
·         Keanekaragaman tumbuhan
·         Keanekaragaman hewan
·         KSDA
7
Sepanjang sungai Batanghari
Banyak hewan avertebrata, hewan sungai lainnya, ikan
·         Avertebrata
·         Keanekaragaman hayati
·         Keanekaragaman hewan
·         Ekologi sungai
8
Balai Benih Ikan di desa Karmeo Batin XXIV
Balai pembibitan ikan, tempat penyiapan bibit ikan, induk ikan, pemeliharaan ikan, ikan konsumsi dan pasar ikan
·         Pelestarian SDA hayati
·         Pembudidayaan ikan
·         Pertumbuhan dan perkembangan ikan
·         Tehnologi reproduksi
9
Industri Tempe
Industri tradisional, memanfaatkan jamur dalam peragian
·         Bioteknologi konvensional
10
Ekosistem sawah
Ditanami berbagai tanaman pangan, banyak ditemukan  berbagai hama tanaman
·         Ekosistem
·         Keanekaragaman hayati
·         Agroekosistem
·         Hama tanaman pangan
11
Hasil buangan limbah pabrik
Limbah pabrik dialirkan ke sungai
·         Polusi air atau tanah
12
Kebun sekolah/taman
Buatan, alami, liar terdapat berbagai macam tanaman bunga, pohon perindang, dan tanaman dalam pot
·         Ekologi
·         Keanekaragaman hayati
·         Ekosistem buatan
·         Klasifikasi
·         Pertumbuhan
·         Pemeliharaan
·         Ruang lingkup biologi
13
Kebun kosong di luar sekolah
Tempat pembuangan sampah
·         Lingkungan
·         Penelitian sederhana
·         Kerusakan lingkungan
14
Kantin
Limbah
·         Pengelolaan limbah
15
Tempat pengomposan
Pengelolaan sampah
·         Daur ulang
·         Etika lingkungan
16
Pembuatan batu bata
Eksploitasi tanah, air, tidak ada usaha rehabilitasi tanah, tanah subur
·         Kerusakan lingkungan
·         Eksploitasi tanah
·         Etika lingkungan
·         Polusi
17
Perkebunan  kelapa sawit
T anaman kelapa sawit
·         Reproduksi
·         Pertumbuhan
·         Pemeliharaan
·         Ruang lingkup biologi
18
Peternakan
Peternakan tradisional
·         Bioteknologi
·         Composting
·         Biogas
19
Budidaya jamur di Muara Bulian
Produksi jamur tiram, skala menengah,
·         Fungi
·         Pembudidayaan
·         Pembuatan media
20
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Memiliki sumber daya, laboratorium, dan sumber daya manusia yang memadai di bidang pertanian
·         Bioteknologi
·         Pertumbuhan tanaman
·         Kultur jaringan
·         Pembibitan
21
Rumah sakit HAMBA/ Puskesmas
Tersedianya alat dan data medis
·         Sistem-sistem pada manusia
·         Kelainan penyakit


Potensi yang dimiliki Kabupaten Batanghari yang belum dimanfaatkan dalam pembelajaran biologi masih sangat banyak. Ptensi-potensi tersbut jika digunakan sesuai dengan topic-topik yang relevan akan memberikan berbagai alternative kegiatan yang pada akhirnya akan memberikan wawasan dan pengetahuan yang memadai bagi guru maupun siswa.


D.   Sumber Belajar Biologi yang diharapkan dapat mendukung Implementasi KTSP SMA di Kabupaten Batanghari

Banyak variasi sumber belajar biologi yang dapat digunakan dalam mendukung implementasi KTSP Biologi SMA. Sumber belajar berikut ini dapat dijadikan alternative selain pembelajaran langsung terhadap objek.
No
Sumber Belajar
Topik Pembelajaran
1
Modul
Hampir semua topik
2
Media pembelajaran berbasis ICT
Hampir semua topic
3
Foto-foto/gambar
Hampir semua topic
4
Leaflet
Hampr semua topic
5
Web
Hampir semua topic
6
Video
Hampir semua topic
7
Slide
Hampir semua topic
8
LKS
Hampir semua topik
    

























DAFTAR BACAAN

Adisendjaja, YH, 2007. Penerapan Pendidikan Lingkungan di Sekolah. Universitas Pendidikan Indonesia.

BSNP. 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran: Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sanjaya, W, 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Suratsih, 2010. Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Potensi Lokal Dalam Kerangka Implementasi KTSP SMA di Yogyakarta.Fakultas MIPA UNY. Yogyakarta.