Taridewi
Selasa, 10 September 2019
Jumat, 19 Agustus 2016
GURU
Edisi Perenungan Diri
~ Suatu ketika berjalan di depan rumah salah seorang guru SD ku dulu (Perumnas
Kota Baru Jambi). Terharu. Terlintas kenangan 30an tahun lalu. Saat itu aku
belum bisa membaca dan menulis dengan lancar. Bagaimana sabarnya beliau saat
itu. Mengajari dan membimbingku. Maklum, saat itu aku anak kecil yang manja.
~ Sosok guruku menjadi inspirasi. Pertanyaan mengenai
cita-cita apa yang diinginkan kelak, selalu kujawab “Mau jadi Guru”. Entah apa
dan bagaimana profesi guru, aku tak tau saat itu. Setiap bermain peran
‘sekolah’ bersama kawan-kawan masa kecilku, aku selalu tampil menjadi guru.
Tidak harus aku yang minta, bahkan mereka yang selalu memintaku memainkan peran
itu.
~ Ini menarik ingatanku kembali pada
tulisan Pak Anies Baswedan saat masih menjabat sebagai Mendikbud, pada
Senin, 24 Nopember 2014 yang kubaca dari Liputan6.com. Pak Anies menuliskan
bahwa menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan.
Dipundak guru, pendidik dan tenaga kependidikan, ada wajah masa depan
Indonesia.
Diriku yang telah memilih jalan terhormat ini untuk
hadir bersama anak-anak bangsa, pemilik masa depan Indonesia sejak Juli 2004
menyadari bahwa masih banyak yang harus kuperbaiki dari dalam diriku sendiri.
Begitu besar amanah bangsa ini yang telah menitipkan persiapan masa depan
bangsa dan negara Indonesia di pundak guru. Subhanallah.
Secara konstitusional, mendidik adalah tugas negara.
Tapi secara moral, mendidik adalah tugas setiap orang terdidik. Tak mau banyak
berjanji, aku hanya mencoba. Sebagai manusia yang telah dididik untuk mendidik
diantara orang-orang terdidik lainnya, aku mencoba hadir untuk membuka mimpi anak-anak . Mencoba menemani mereka
untuk bisa melampaui mimpi mereka. Mimpi adalah cermin pengetahuan, cermin
wawasan. Kan kubiarkan mimpi mereka terbang tinggi sambil terus mengingatkan
bahwa mereka harus kerja keras dan cerdas disertai dengan doa. Tidak hanya
untuk mereka. Tapi juga untukku. Aku adalah guru bagi diriku. Aku akan belajar
dari hidupku.
Jambi, 20 Agustus 2016
Sabtu, 16 Mei 2015
Prakarya dan Kewirausahaan
PEMANFAATAN LIMBAH PERCA
(Aplikasi Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMA Negeri 1 Batanghari)
Kata limbah sudah tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik suatu industri maupun rumahtangga. Limbah ada bermacam-macam, ada limbah padat, cair ada juga limbah beracun yang dapat membahayakan lingkungan sekitarnya. Banyak yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan limbah menjadi benda atau barang yang berguna dan bernilai jual.
Salah satu limbah padat yang dapat dimanfaatkan adalah kain perca. Perca dapat dijadikan usaha sebagai bisnis atau home industry dengan bermodalkan ide dan kreatifitas.
Pada pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X terdapat materi kerajinan Limbah Tekstil. Salah satu limbah tekstil yang dipilih untuk dimanfaatkan menjadi produk kerajinan adalah kain perca. Hal ini karena perca merupakan limbah yang banyak terdapat disekitar lingkungan siswa, selain itu selama ini perca dianggap tidak berguna dan seringkali dibuang atau dibakar. Padahal potongan kain perca yang sudah tidak terpakai dapat dimanfaatkan untuk
tas kain, tatakan gelas, sprei, sarung bantal, isi bantal, boneka atau
kerajinan tangan lainnya yang memiliki nilai ekonomi.
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam materi ini antara lain;
- Melakukan identifikasi desain produk dan pengemasan karya kerajinan limbah perca
- Mendesain sendiri produk yang akan dibuatnya
- Mengidentifikasi berbagai sumberdaya yang dibutuhkan dalam usaha pemanfaatan limbah ini menjadi produk kerajinan
- Melakukan proses produksi dan pengemasan hasil produksi.
Setelah melakukan tahap praproduksi dan produksi pemanfaatan limbah perca ini, siswa diharapkan mampu memanfaatkan dan mengembangkan limbah perca ini menjadi suatu barang yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dengan jiwa wirausaha. Seseorang yang berjiwa wirausaha harus mampu lebih produktif dan pantang menyerah sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Rabu, 03 Desember 2014
CHSG (Curahan Hati Seorang Guru)
Membaca
Surat untuk Ibu
dan Bapak Guru
dari Mendikbud Anies Baswedan,
terselip kata-kata ”
Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan,”
Kata-kata itu sangat menohok jantungku dan menggerakkan tanganku
untuk menarikan rasa dan pikiranku di atas keyboard laptopku. Selama sepuluh tahun ini aku merasa sangat rendah diri dengan profesiku ini. Kuakui
bahwa pendidikan formal Strata satu yang pernah kutempuh bukanlah dari jalur
pendidikan. Tapi cita-citaku semasa kecil untuk menjadi guru
tetap terpatri kuat di hati dan pikiranku. Ternyata Tuhan telah menakdirkan
diriku untuk menjadi seseorang sesuai dengan harapanku itu.
Tanggal 7 Desember 2014 nanti, sertifikat sebagai pendidik professional
akan kuterima. Aku galau (kata anak-anak muda jaman sekarang). Bagaimana
tidak? Di satu sisi, aku bahagia, dengan sertifikat yang akan diterbitkan itu
akan berdampak meningkatkan keuangan rumahtanggaku (mungkin…??? INSYAALLAH,
ALHAMDULILLAH). Tapi di sisi lain,justru
kekhawatiran terhadap gelar professional
itu semakin besar menghantui diriku. Mampukah aku? Layakkah aku? Selama sepuluh
tahun ini mengabdi (subhanallah,,, tinggi sekali kata itu
kupakai, mungkin lebih tepatnya bekerja) aku merasa belum memberikan
apa-apa. Aku merasa masih anak kemarin sore yang baru punya sedikit
pengetahuan, dan sudah sombong untuk memberikannya kepada murid-muridku.
Masya Allah.
Malam sebelum aku memejamkan mata di pembaringan, sering aku berdialog
dengan hatiku. Apa yang sudah terjadi denganku seharian tadi di sekolah?
Ucapanku? Pikiranku? Tindakanku? Adakah teman-temanku terluka karena ucapanku?
Ataukah murid-muridku tersakiti dan teraniaya oleh kata-kata dan perlakuanku?
Astaghfirullahal’adziim…. Astaghfirullahal’adziim….Astaghfirullahal’adziim.
Teruntuk murid-muridku :
Ada waktu di mana aku menunda masuk ke dalam kelas karena urusan
pribadiku, atau karna menyelesaikan pekerjaan menilai tugas-tugas kalian yang
belum selesai. Adakala karena masalah
pribadiku , emosiku terbawa ke dalam ruang kelas dan tertumpahkan kepada kalian.
Allahu Rabbi. Ampuni aku!
Ratusan raga yang telah memanggilku “Bu Guru”, Kumohon maaf pada
kalian. Ku mohon ikhlaskan waktu kalian yang telah terbuang karna ulahku.
Jangan kalian takut kepadaku karena nilai-nilai kalian ada diujung penaku. Jangan kalian membungkukkan badan kepadaku hanya
karena takut pada status pekerjaanku. Aku bukan dewa yang harus kalian
sembah, murid-muridku.
Anandaku sayang, meski guru bukanlah dewa yang patut disembah, tapi tidak
lah berdosa jika kau raih tangannya lalu kau cium dan berharap restu dan doa
darinya. Salam dan sapa yang selama ini ada semoga bukan sekedar basa basi
semata. Mari kita jadikan tradisi baik ini sebagai pengikat jiwa kita sebagai
sesama makhluk Tuhan Sang Pencipta.
Murid-muridku, Aku bukan orang sempurna yang memiliki segala ilmu yang
kalian butuhkan. Mungkin aku memberi sedikit pengetahuan yang kumiliki untuk
kalian. Tapi lebih banyak kita belajar bersama untuk mendapatkan sesuatu
yang bermakna bagi kita. Kita sering berada dalam suatu scenario pembelajaran
yang telah kurancang sebelumnya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan
kurikulum kita (yang cenderung selalu berubah-ubah). Mungkin kalian menganggap bahwa belajar hanya
merupakan kewajiban untuk menerima materi-materi pelajaran di sekolah,
kewajiban mengerjakan tugas-tugas dan latihan-latihan yang diberikan oleh guru.
Bahwa belajar hanya merupakan jalan untuk memperoleh angka-angka yang akan
tertera di buku lapormu. Bukan! Murid-muridku, hakikat belajar itu bukan hanya
sebatas dinding kelas saja. Kalian bisa belajar dari setiap hal yang ditemui
dan dialami. Semoga saja kalian dapat menjadikan belajar itu sebagai suatu kebutuhan
untuk mencapai kesuksesan masa depanmu bukan sekedar kewajiban. Karena Sukses
adalah pilihan . Dan sekolah dapat menjadi jembatan menuju masa depanmu
itu,nak!
Untuk rekan-rekan guru :
Wahai rekan-rekan seprofesiku, menurutku kita adalah bagian dari
jembatan itu. Terkadang kita diposisikan menjadi lantai jembatan untuk mereka
titi dan berjalan diatasnya. Bukan berarti kita manusia hina yang bisa dipijak untuk
mencapai tujuan mereka (Masya Allah, semoga tidak !). Tapi kita adalah
dasar dan landasan mereka untuk melanjutkan perjalanan panjang mereka menjadi
manusia sukses di masanya. Kita juga bisa ditempatkan menjadi rangka samping,
tiang dan atau palang pegangan di tepi jembatan. Di mana mereka menjadikan apa
yang telah kita berikan sebagai pegangan mereka. Bahkan jika mungkin jembatan
itu ada atapnya. Kita dapat saja menjadi atap itu yang menaungi murid-murid
kita selama perjalanan mereka menuju masa depannya karena kita adalah orangtua
mereka di sekolah.
Wahai sahabat-sahabat guru, mungkin terlalu manis perumpamaan
yang ada di pikiranku. Sangat kontras dengan kalimat Pak Menteri kita : “Menjadi guru bukanlah pengorbanan”. Kenyataannya kita memang harus berkorban. Tapi semoga pengorbanan yang kita lakukan
dapat menghantarkan murid-murid kita sesuai dengan harapan dan cita-citanya. Sekalipun
kita hanya sebuah jembatan bambu.
Untuk Pemerintah :
Tidak banyak yang kuuraikan, hanya mengulang kalimat-kalimat Mendikbud
bahwa :
Pemerintah di semua level harus
menempatkan guru dengan sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua
kewajibannya bagi guru. Pekerjaan rumah pemerintah, di semua level masih
banyak, mulai dari masalah status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal
lainnya yang berhubungan dengan guru harus dituntaskan.
***
Aku menyanjung dan tersanjung kalimat Pak Anies Baswedan, “Menjadi guru adalah sebuah
kehormatan.” Subhanallah.
Jauhkan
sifat sombong dariku ya Allah dengan kalimat Pak Anies itu. Aku lebih ingin memandang
profesiku ini sebagai suatu amanah. Di mana pendidikan
adalah ikhtiar fundamental dan kunci untuk dapat memajukan bangsa. Potensi
besar di Republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan
terbangunkan. Kualitas manusia adalah hulunya kemajuan dan pendidikan adalah
salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia.
Aku telah memilih menjalani hidupku di dunia pendidikan, memilih
hadir bersama anak-anak bangsa, bersama
para pemilik masa depan Indonesia. Aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Aku hanya
manusia biasa yang mencoba menjalani amanah dengan segala kemampuan dan
keterbatasanku.
Think big, start small, and act now!
Insya Allah.
Muara Bulian, 2 Desember 2014
11.45 pm.
Selasa, 16 September 2014
SMAN 1 Batanghari mengikuti PIRN XIII Tahun 2014
Dalam menghadapi tantangan globalisasi yang sedang
melanda dunia, maka dunia pendidikan harus mempersiapkan untuk menghadapi
tantangan globalisasi pada semua jenjang pendidikan. Sekolah sebagai institusi pendidikan dituntut untuk melakukan segala upaya yang mengacu pada
penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui penyesuaian
terhadap standar pendidikan dalam maupun luar negeri, yang memiliki reputasi
mutu internasional.
Kemajuan
pendidikan tidak terlepas dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi. Yang menjadi dilema sekarang ini siswa
kurang tertarik mengembangkan ilmu pengetahuan dan memahami penulisan karya
ilmiah remaja, padahal di Perguruan Tinggi, karya ilmiah merupakan tugas dari
semua dosen yang mengampunya. SMA Negeri 1 Batanghari melalui organisasi siswa
intra sekolah (OSIS) memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan
program-program untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang siap dalam
menghadapi tantangan globalisasi. Sekolah menyediakan wadah dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan khususnya dalam memberi dasar sikap ilmiah yaitu : jujur,
optimis, terbuka, percaya diri, toleransi, kreatif, kritis, dan skeptisa. Wadah
tersebut adalah Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).
Hal
ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu; “ Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetehuan dan
ketrampilan, kesehatan jasmani & rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Sejalan
dengan hal tersebut, diperlukan upaya-upaya lain untuk meningkatkan kemampuan siswa.
Salah satunya dengan mengikuti kegiatan PIRN XIII Tahun 2014 yang diadakan oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
Wakatobi pada tanggal 7 - 14 September 2014 di Wakatobi Sulawesi Tenggara
Pemerintah Kabupaten Wakatobi bekerja sama dengan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelenggarakan Perkemahan Ilmiah
Remaja Nasional (PIRN) XIII Tahun 2014. Dimana Kabupaten Wakatobi ditunjuk
sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan tersebut yang berlangsung dari
tanggal 7 sampai dengan 14 September. Kegiatan ini secara resmi dibuka di
Lapangan Merdeka, Senin (8/9) sore WITA.
Tema PIRN kali ini adalah "Iptek Untuk
Keberlangsungan Bahari dan Daya Saing Bangsa". Pengelolaan bahari
Indonesia yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi berpotensi untuk
memberikan empat manfaat dari empat sisi, yakni ekonomis, ekologi, estetika,
dan pendidikan serta penelitian. Keberadaan Taman Nasional Wakatobi telah
menjadikan kabupaten tersebut tidak hanya magnet para wisatawan, tapi juga
laboratorium alam yang luar biasa bagi peneliti di seluruh penjuru dunia.
Kegiatan itu diselenggarakan untuk meningkatkan minat
dan kemampuan remaja di bidang ilmu pengetahuan dan penelitian, serta
membimbing remaja melaksanakan penelitian ilmiah yang terkait dengan lingkungan
sekitarnya untuk menumbuhkan budaya berpikir kreatif dengan prinsip-prinsip
ilmiah. Selain itu peserta juga dapat bertindak sebagai duta wisata yang akan
mempromosikan Wakatobi. Di dalam PIRN juga diselenggarakan kegiatan workshop
guru bagi guru pembimbing.
Kegiatan ini dilaksanakan di
sebanyak 9 tempat di Kabupaten Wakatobi dan melibatkan 10 peneliti LIPI yang
bertindak sebagai instruktur. Selama kegiatan berlangsung, peserta PIRN
mendapatkan materi metodologi penelitian dalam kelas di Bidang Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK), dan Ilmu
Pengetahuan Teknik (IPT). Selain kegiatan kelas, peserta juga mendapatkan
materi pelatihan penelitian di lapangan dan pembimbingan untuk menulis karya
tulis ilmiah. Pada praktiknya peserta juga membuat teknologi tepat guna
diantaranya alat pedeteksi tsunami, pengubah air asin menjadi air tawar,
penyaring logam di air, dan lain sebagainya.
Peserta PIRN XIII Tahun 2014 dari SMAN 1 Batanghari
Peta Lokasi
Penelitian
Pemberian materi di kelas
Kegiatan Penelitian
Senin, 21 Januari 2013
MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
Model
pembelajaran Inquiry (inkuiri), merupakan salah satu model pembelajaran
terkenal. Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta,
atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Model pembelajaran Inquiry (inkuiri) bertujuan untuk memberikan
cara bagi siswa untuk membangun kecakapan intelektual yang terkait dengan
proses berpikir reflektif.
Teori
yang mendasari model pembelajaran ini:
1.
Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan
segala sesuatu yang menarik perhatiannya;
2.
Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan
belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya tersebut;
3.
Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan
dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa;
4.
Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir
dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif
dan belajar menghargai penjelasan atau solusi altematif.
Sanjaya
menyatakan, ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi model
pembelajaran Inquiry (inkuiri). Pertama, model pembelajaran Inquiry
(inkuiri) menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya pendekatan inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam model
pembelajaran Inquiry (inkuiri) menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
akan tetapi sebagai fasilitator dan. Ketiga, model pembelajaran Inquiry
(inkuiri) adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental, akibatnya dalam pembelajaran inquiry siswa tidak hanya dituntut agar
menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi
yang dimilikinya.
model
pembelajaran Inquiry (inkuiri) terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru
kepada siswanya. Ketiga jenis model pembelajaran Inquiry (inkuiri) tersebut
adalah:
Inquiry
Terbimbing (guided inquiry approach)
Model
pembelajaran Inquiry (inkuiri) terbimbing yaitu posisi guru membimbing siswa
dengan melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan
tahap-tahap pemecahannya.
Inquiry
Bebas (free inquiry approach).
Pada
umumnya model pembelajaran Inquiry (inkuiri) ini digunakan bagi siswa yang
telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry. Karena dalam model
pembelajaran Inquiry (inkuiri) bebas, menempatkan siswa seolah-olah bekerja
seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk
diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang
prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Inquiry
Bebas yang Dimodifikasi ( modified free inquiry approach)
Model
pembelajaran Inquiry (inkuiri) ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari
dua model pembelajaran Inquiry (inkuiri) sebelumnya, yaitu: model pembelajaran
Inquiry (inkuiri) dan model pembelajaran Inquiry (inkuiri). Meskipun begitu
permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
mempedomani acuan kurikulum yang telah ada.
Prosedur
Pembelajaran
Tujuan
utama dari model pembelajaran inquiry adalah membuat siswa
menjalani suatu proses tentang bagaimana pengetahuan diciptakan. Untuk mencapai
tujuan ini, siswa dihadapkan pada sesuatu (masalah) yang misterius, belum
diketahui, tetapi menarik. Namun, perlu diingat bahwa masalah, tersebut harus didasarkan
pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan (discoverable ideas), bukan
mengada-ada.
Model
ini sangat penting untuk mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan
agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti
1.keterampilan
melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data termasuk merumuskan
dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena,
2.
kemandirian belajar,
3.keterampilan
mengekspresikan
secara verbal,
4.
kemampuan berpikir logis, dan
5. kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.
Kepustakaan:
Wawan Junaidi, Model Pembelajaran Inquiry training
,http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-inquiry-training.html
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Kencana
Prenada Media Group. Jakarta. 2008).
Langganan:
Postingan (Atom)