Rabu, 11 April 2012

Partisipasi Wanita



Pada hakekatnya tujuan pembangunan itu adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat dan nantinya akan meningkatkan kesejahteraan social. Pembangunan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang tesedia untuk memenuhi kebutuhan esensial masyarakat.
Dalam rangka menggiatkan pembangunan, dibutuhkan pengembangan sumber daya manusia dan penciptaan iklim yang kondusif yang mendorong  timbulnya prakarsa dan swadaya masyarakat pedesaan. Pembangunan yang dilaksanakan akan berhasil baik apabila setiap lapisan masyarakat turut berperan serta baik pria maupun wanita. Oleh karena itu, dalam pembangunan harus tercermin adanya integrasi wanita sebagai sumber daya yang potensial  yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
Dalam GBHN 1999 dnyatakan bahwa wanita sebagai warga Negara maupun sebagai sumber daya insane pembangunann mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam pembangunan disegala bidang. Dengan demikian peranserta wnaita dituntut dalam berbagai bidang baik di dalam maupun di luar lingkungan rumah tangganya.
Akibat dari krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia maka daya beli menurun karena sumber pendapatan yang semakin berkurang dan harga bahan kebutuhan hidup meningkat, menjadikan pendorong bagi wanita khususnya ibu rumah tangga untuk bekerja.
Posisi wanita saat ini yang tidak harus turun ke sawah memungkinkann wanita memiliki kegiatan ekonomi yang lebih bervariasi. Wanita melakukan pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan-pekerjaan lainnya dibidang produksi (diluar rumah tangga) sebagia pencari nafkah tambahan maupun sebagai pencari nafkah utama bagi keluarga.
Dengan kata lain wanita dalam masyarakat khususnya di pedesaan di tuntut untuk melakukan peranann dalam perekonomian. Peranan wanita dalam perekonomian rumah tangga menjadi sangat menonjol karena kehidupan ekonomi di pedesaan yang masih rendh.
Perekonomian pedesaan umumnya di tunjang dari sector pertanian karena sumber daya yang ada lebih banyak menunjang produksi pertanian. Seiring perkembangan ekonomi,s ektor pertanian dalam penciptaan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja akan semakin berkurang dan digeser oleh sector lain. Sektor industry misalnya.
Pelaksanaan industrialisasi di lingkungan pedesaan harus tidak terlepas dari sector pertanian. Salah satu  alasannya adalah adanya keuntungan komparatif. Masyarakat desa telah memiliki keterampilan dalam hal pengolahan lahan dan hasil pertanian dan sebagian besar desa menghasilkan produk pertanian.
Industrialisasi pedesaan yang dipandang cocok dan berperan sebagai pendorong pembangunan sector pertanian di pedesaan adalah pengolahan hasil-hasil pertanian atau agroindustri.
Peningkatan partisipasi wanita dalam kegiatan mencari nafkah dapat dilakukan dengan mengembangkan sector-sktor yang memungkinkan wanita terlibat di dalamnya tanpa mengganggu pekerjaan wanita dalam mengurus rumah tangga atau mendorong wanita untuk mengerjakan pekerjaan pria serta tidak merusak norma-norma yang berlaku.
Mungkin sector industry rumah tangga yang mengolah hasl pertanian merupakan salah satu alternative yang perlu dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama di pedesaan.
Wanita turut berpartisipasi sebagai tenaga kerja dalam kehidupan. Dimana peranan wanita dalam perekonomian selama ini di ukur dari keterlibatannya dalam pasaran kerja. Dalam sejarah wanita Indonesia sudah sejak lama berperan sebagai tenaga kerja, hal ini dapat dilihat pada sector pertanian dimana wanita ikut ke sawah untuk menggarap tanah pertanian baik milik sendiri maupun milik orang lain.
Menganalisis peranan wanita merupakan kajian semua tugas dan fungsi wanita yang dapat diharapkan.  Dengan pengertian itu, peranan adalah sebagai hal yang dinamis dari tingkah laku wanita dalam suatu posisi dan proses tertentu. Hal itu dapat diartikan sebagai urutan dari suatu interaksi, suatu pola urutan tindakan-tindakan.  Jadi peranan wanita adalah keserasian antara kodratnya dan kemampuannya mengikuti perkembangan jaman, baik itu kemajuan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan globalisasi secara mantap.
Partisipasi merupakan kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta secara aktif.
Selanjutnya perlu pula diperhatikan bahwa partisipasi wannita :
1.       Apakah dipaksakan oleh pihak lain ?
2.       Apakah partisipasinya karena memilih satu dari beragam alternative ?
3.       Apakah partisipasinya timbul karena adanya program-program yang dibuat sendiri untuk memenuhi kebutuhan ?
Agroindustri
Agroindustri pada dasarnya mencakup kegiatan yang sangat luas baik dari tahapan prosesnya maupun jenisnya. Agroindustri merupakan kelompok industry yang mengolah bahan baku berasal dari tanaman dan hewan.
Pengertian agroindustri mncakup dua jenis pengolahan, yaitu :
1.       Industry pengolahan input pertanian yang pada umumnya tidak berlokasi di pedesaan, padat modal, dan berskala besar, seperti industry pupuk, pestisida dan lain-lain.
2.       Industri pengolahan hasil pertanian, padat karya, skala kecil, biasanya terdapat di pedesaan seperti pengolahan minyak kelapa, pengolahan kedelai menjadi tempe, tahu atau kecap. Pengolahan buah pisang menjadi keripik atau sale pisang dan lain-lain.
Agroindustri adalah satu kegiatan industry yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru baik yang bersifat setengah jadi maupun final yang dapat segera dikonsumsi. Dalam rangkaian proses ini terdapat transformasi dari bentuk hasil pertanian berupa bahan mentah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah.

Karakteristik Agroindustri kecil
Agroindustri pada umumnya merupakan indsustri rumah tangga yang dikelola oleh tenaga kerja keluarga dan bersifat informal. Industri ini biasanya juga merupakan aktifitas off farm jadi cenderung bersifat sambilan daripada suatu profesi yang secra serius ditekuni.
Sifat industry ini yang padat karya dengan tehnologi sederhana memungkinkan penampungan tenaga kerja tanpa pendidikan formal yang tinggi untuk memamsuki sector tersebut.
Agroindustri pedesaan dikategorikan sebagai industry local dimana keberadaannya sangat berkaitan dengan tradisi maupun liingkungan yang ada. Sifatnya menunjang kegiatan utama yakni pertanian, maka tidak mengherankan apabila kegiatan ini lebih bersifat sambilan dan  dkerjakan oleh anggota keluarga.
Dengan bergesernya pola pertanian dalam struktur perekonomian desa menuju pola ekonomi yang majemuk, dan semakin menciutnya kapasitas sector pertanian dalam mendukung pertumbuhan penduduk pedesaaan, maka agroindustri berfungsi sebagai sumber pendapatan tambahan.
Sesuai dengan karakteristiknya maka agroindustri di pedesaan bergantung pada pasaran local sehingga skala usaha umumnya sangat kecil, dan mencerminkan “pola pengusahaan yang subsistem”. Oleh karena itu, tehnologi yang digunakan juga sangat sederhana.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat partisipassi wanita dalam perekonomian rumah tangga
1.       Motivasi bekerja
Pertumbuhan ekonomi yang diimbangi dengan peningkatan biaya hidup sehari-hari merupakan pendorong utama bagi wanita untuk bekerja. NAmun sebagian lagi ada yang hanya memanfaatkan waktu luang saja. Jumlah pekerja wanita yang mencari pekerjaan akan terus meningkat dari tahun ke tahun, walaupun motivasinya dalam bekerja berbeda-beda. Bagi mereka dari golongan mampu, melakukan pekerjaan mencari nafkah adalah dengan tujuan untuk mempertahankan status keluarga, mempertahankan standar hidup yang telah dinikmati dan memperbesar modal usaha rumah tangga. Sedangkan bagi golongan yang tidak mampu, kerja adalah untuk mempertahankan hidup.
Alasan sebagian besar wanita bekerja adalah agar dapat mandiri secara financial (percaya diri, kepuasan moril dan sebaginya) dan nonfinansial (kesejahteraan keluarga).
Dengan masuknya wanita ke lapangan kerja tentu saja akan menambah penghasilan keluarga.
2.       Pendidikan
Pendidikan merupakan posisi strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya karena mempunyai potensi terhadap kehidupan masa depan. Pendidkan formal yang pernah ditempuh akan turut mempengaruhi keikutsertaan wanita terhadap perekonomian keluarga.
Selanjutnya bahwa pendidikan yang tinggi akan mendorong tiingkat mobilitas vertical dalam masyarakat serta memberi harapan baru bahwa prestasi kerja akan memberi imbalan yang tinggi pula. Sementara yang berpendidikan rendah cenderung untuk mempertahankan hal-hal yan bersifat tradisional.
3.       Jumlah anggota keluarga dan curahan waktu kerja
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi curahan waktu kerja wanita. Hal ini member indikassi bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin kuranglah waktu yang dicurahkan oleh wanita untuk bekerja. Apalagi bila jumlah anggota keluarga yang berusia dibawah usia kerja lebih banyak.
Curahan waktu kerja wanita merupakan keputusan wanita rumah tangga dalam mengalokasikan waktu yang tersedia. Keputusan ini tergantung dari tingkat penghasilan keluarga, tingkat upah yang berlaku, dan preferensi keluarga yang bersangkutan. Keputusan wanita untuk mengalokasikan waktu yang tersedia ke pasaran kerja disebabkan karena pendapatan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Posisi wanita yang tidak harus turun ke sawah memungkinkan wanita desa memiliki kegiatan ekonomi yang lebih variatif daripada pria. Hal ini selain menguntungkan juga secara moral akan meningkatkan citra diri para wanita desa.
Selain tersedianya waktu, keadaan wanita desa yang hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, telah mengakrabkan mereka kepada aneka jenis keterampilan yang tak jarang merupakan bagian dari usaha keluarga atau usaha popular masyarakat sekitar.
Rumah bagi wanita adalah pelindung dan istana. Oleh sebab itu wanita desa lebih memilih bekerja dilingkungan rumah. Bahkan mereka mengalokasikan tempat khusus untuk berusaha sehingga keluarga tidak merasa kehilangan figure ibu, terutama bagi anak-anak.
Wanita dan keluarga seakan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Wanita memberi sumbangan yang khas demi terbentuknya keluarga yang harmonis dan bahagia. Partisipassi wanita dalam berusaha dan bekerja berpengaruh terhadap pendapatan, pemenuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan dalam keluarga.

Wanita sebagai pengusaha
Meskipun bergerak dalam usaha yang berskala kecil,bukan berarti bahwa wanita merupakan pengusaha yang lemah. Wanita sebetulnya merupakan pengusaha yang tangguh. Hal ini misalnya dapat dilihat  dalam usaha pengolahan hasil tanaman menjadi produk pangan. Dalam usaha ini, wanita turun sendiri dalam urusan-urusan produksi mulai dari pengadaan bahan baku, pemrosesan hingga pemasarannya.
Wanita sebagai pengusaha pada umumnya sudah pernah mnjadi pekerja/buruh. Jadi bisa dikatakan bahwa wanita melakukan usaha dari bawah. Munculnya keinginan untuk menjadi pengusaha biasanya karena melihat kesuksesan yang diraih juragannya (pengusaha tempat ia bekerja)
Wanita pengusaha umumnya memakai modal sendiri untuk menjalankan usahanya, jarang yang meminjam dari bank. Masih banyak yang dijumpai wanita seagai pengusaha yang meminta bantuan dari pihak luar seperti keluarga atau teman.  Besarnya jumlah modal yang dipakai untuk usaha tidak dapat disebutkan secara jelas. Karena modal usaha terkadang tidak terpisah dengan keuangan rumah tangga. Perkembangan modal hanya dapat dilhat dari omset produk yang terjual dan peralatan utama yang dipunyai. Modal kerja yang kecil juga mengakibatkan akses wanita terhadap bahan baku menjadi terbatas. Pendidikan wanita pengusaha di pedesaan umumnya rendah. Selain kenyataan diatas, wanita bekerja sebagai pengusaha dengan lokasi kerja di sekitar rumah dapat lebih menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan anggota rumah tangga terutama anak-anak sehingga proses sosialisasi lebih mudah berlangsung dalam lingkungan kerja. Situasi  tersebut lebih dapat mewujudkan rasa solidaritas antar anggota, karena intensitas interaksi tetap berlangsung dalam kehidupan rumah tanga. Kemesraan dan keintiman tetap terjalin antar anggota keluarga. Dan sebaliknya konflik social dapat dihindarkan.

Wanita sebagai pekerja
Pada umumnya suami bekerja lebih banyak dibandingkan istri dalam kegiatan memperoleh pendapatan. Namun semakin miskin rumah tangga, peran wanita dalam kegiatan memperoleh pndapatan semakin meningkat. Dengan kata lain, tenaga kerja wanita memasuki pasar kerja berangkat dari keadaan perekonomian keluarga (rumah tangga). Semakin miskin suatu rumah tangga akan semakin meningkat parisipasi wanita dalam memperoleh pendaptan.
Selain itu pendapatan suami mempunyai hubnngan yang erat dengan jumlah jam kerja istri dalam bekerja di luar rumah untuk memcari nafkah.
Peranan ibu atau isteri  antara lain :
a)      Pendamping suami
b)      Pendidik anak-anak
c)       PeƱata isi rumah tangga
d)      Pengendali dan pengelola rumah tangga

Saran
Untuk meningkatkan partisipasi wanita khususnya ibu rumah tangga dalam perekonomian rumah tangga, maka perlu adanya penyuluhan dan pelatihan-pelatihan yang intensif  agar tercipta iklim usaha yang produktif bagi wanita dengan tidak mengenyampingkan fungsinya sebagai ibu rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar