PLACE-BASED
EDUCATION
Pembelajaran
Berbasis Keunggulan Lokal
dalam
Pembelajaran Ilmu Biologi
Oleh
Siti Lestari Dewi
A. Pendahuluan
Di
Amerika istilah Place Based Education (PBE) diartikan sebagai pendidikan
berbasis tempat/local. Di Indonesia PBE dikenal
sebagai Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) yaitu proses
pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekitar yang merupakan cirri khas
kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi dan lain-lain sebagai titik awal untuk mengajarkan konsep dalam pelajaran bahasa,
matematika, ilmu sosial ilmu alam, dan pelajaran lainnya pada kurikulum (Depdiknas, 2008).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB X pasal 36 ayat (3) butir c
dinyatakan bahwa Kurikulum disusun sesuai dengan memperhatikan keragaman
potensi daerah dan lingkungan, pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat keterampilan/ kejuruan (butir i) dan
muatan lokal (butir j). Selain itu dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pada BAB III pasal 14 ayat (1) menyatakan
bahwa kurikulum SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum
untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal. Landasan yuridis mengharuskan sekolah untuk
menerapkan model pendidikan berbasis keunggulan lokal. Pemberdayaan potensi
lokal yang terintegrasikan dalam pembelajaran dan diwujudkan dalam pembelajaran
berbasis keunggulan lokal mmerupakan suatu bentuk demokratisasi dan
desenteralisasi pendidikan sebagaimana menjadi salah satu ciri paradigma baru
pendidikan nasional seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Apa yang
menjadi orientasi PBKL dan PBE sama-sama memberdayakan potensi daerah/lokal
melalui pembelajaran sehingga menjadi investasi bagi pembangunan daerah di masa
yang akan datang. Melalui pembelajaran PBE/PBKL siswa di arahkan memahami
potensi unggulan daerahnya, dilatih memberdayakan potensi keunggulan dengan
kepemilikan keterampilan yang sesuai dengan potensi tersebut.
Dengan menekankan pada pembelajaran sambil praktik, dan pengalaman
dunia nyata, pendekatan pendidikan ini meningkatkan pencapaian akademik,
membantu siswa membangun kebanggaan
terhadap masyarakatnya, meningkatkan kecintaan siswa terhadap alam, dan komitmen kuat untuk memberi sumbangsih terhadap
lingkungan sekitarnya. Pendidikan
berbasis tempat/lokal merupakan kegiatan yang dilakukan dengan kegiatan outdoor
dengan maksud agar mampu memahami alam dengan memberi pengalaman langsung
dan belajar langsung di luar kelas.
PBE/PBKL akan
membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. PBE/PBKL memberikan
pemahaman kepada siswa bahwa masyarakat lokal sebagai salah satu sumber daya
utama untuk belajar. PBE/PBKL ada perbedaannya dari pembelajaran dengan
menggunakan teks konvensional, karena PBE/PBKL mempromosikan belajar yang
berakar dalam keunikan lingkungan lokal, budaya, dan ekonomi. Walaupun model
pengajaran PBE/PBKL berorientasi potensi lokal tetapi dapat juga digunakan
dalam pengajaran dengan materi isu-isu nasional bahkan internasional. Tetapi
dalam pembelajaran dengan isu-isu di luar potensi lokal harus dilandasi dengan
budaya, sejarah dan kearifan lokal.
Program PBKL
dikembangkan sebagai perluasan program kecakapan hidup (life skill) (Depdiknas,
2008). Sejak dirintisnya tahun 2002 program Life Skill melalui program Broad
Based Education (BBE) juga dikembangkan keterampilan khusus yang bersifat
vokasional.
Sejak mulai
dirintisnya tahun 2008 sampai 2011 program PBE/PBKL juga tidak berjalan dengan
baik seperti halnya program life skill. Berdasarkan pengamatan bahwa
penyebab tidak berjalannya program PBE/PBKL seperti yang diharapkan karena
banyaknya guru dan kepala sekolah yang belum mampu mengoperasionalkan
pendidikan berbasis keunggulan lokal ke dalam kurikulum sekolah dalam bentuk
sebagai mata pelajaran keterampilan, muatan lokal maupun yang terintegrasi ke
dalam mata pelajaran yang sudah ada. Banyaknya guru yang tidak mampu menerapkan
model ini disebabkan belum adanya contoh kurikulum operasional implementasi
model ini terutama yang diintegrasikan dalam mata pelajaran.
Propinsi Jambi
sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang
beragam dan diantaranya banyak tidak dimiliki oleh negara lain di dunia. Jenis
potensi kekayaan alam tersebut tersebar diseluruh wilayah dengan karakteristik yang
berbeda. Potensi sumber daya alam harus dikelola oleh putra-putri Jambi untuk
kelangsungan hidup dan kesejahteraan rakyat. Jika potensi sumber daya alam itu
tidak diberdayakan dan dimanfaatkan oleh bukan
warga Jambi atau dikelola oleh pihak asing maka manfaatnya juga tidak
akan sepenuhnya bisa dinikmati oleh masyarakat Jambi itu sendiri. Pengelolaan
oleh pihak asing seperti pada pengelolaan beberapa potensi yang lain tentu saja
sangat mungkin terjadi jika masyarakat Jambi tidak memiliki kemampuan dan
keterampilan mengelola potensi keunggulan lokal yang dimilikinya. Antisipasi
yang dapat dilakukan adalah upaya mempersiapkan sumber daya manusia agar mengenal
potensi keunggulan lokal di daerahnya sehingga mampu mengelolanya dengan baik
dengan menjaga kesinambungan potensi keunggulan lokal bagi generasi berikutnya.
Sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang
potensi keunggulan lokal hanya akan efektif dilakukan melalui pendidikan.
Pendidikan di
Indonesia harus diarahkan bagi pembangunan budaya dan pemberdayaan potensi
kekayaan alam. Arah pendidikan di suatu negara menjadi cerminan eksistensi
suatu bangsa. Karena eksistensi budaya dan pemanfaatan kekayaan alam yang
bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kemajuan dan kesejahteraan serta
martabat suatu bangsa dan negara. Seberapa mampukah suatu negara dapat
menginternalisasikan pembangunan budaya dan pemberdayaan potensi kekayaan alam
sangat tergantung dari pola pendidikan yang dianutnya. Internalisasi pola
pendidikan yang memberikan bagi terwujudnya budaya yang bernilai tinggi dan
termanfaatkannya kekayaan alam yang dikelola oleh putra-putri Indonesia
hendaknya dapat direalisasikan. Pola pendidikan yang memfasilitasi
internalisasi budaya dan pemanfaatan potensi alam dapat dilakukan melalui PBKL.
Dalam PBE/PBKL
akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar memahami potensi
daerahnya, menanamkan nilai-nilai dan perasaan memiliki serta keterampilan
untuk memanfaatkan potensi keunggulan lokal secara bijaksana dan bertanggung
jawab. Melalui proses yang dikembangkan dalam PBKL, guru dan siswa berinteraksi
dengan masyarakat merencanakan pembelajaran berdasarkan potensi keunggulan
lokal yang mungkin bisa dikembangkan bagi kepentingan masa depan siswa sebagai
pelaku-pelaku yang memberdayakan potensi lokal didaerahnya. Keterlibatan
masyarakat sebagai perencana dalam pembelajaran siswa akan mengasah kemampuan
sosialisasi dan berkomunikasi yang sangat bermanfaat bagi siswa. Materi
pembelajaran yang bersumber dari potensi lokal akan melatih kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah yang terkait dengan
potensi keunggulan lokal di lingkungan siswa.
B.
Strategi Pengembangan Kurikulum, Implementasi dan
Evaluasi
PBE/PBKL yang terintegrasi dalam
kurikulum sekolah dapat dikembangkan dengan berlandaskan kurikulum sekolah (KTSP). Pengintegrasian
PBE/PBKL di awali dengan analisis potensi dapat
berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, historis dan
potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pengembangan kompetensi
siswa sesuai dengan bakat dan minatnya (Depdiknas , 2008).
PBE/PBKL dapat terwujud dalam bentuk mata pelajaran, muatan lokal dan
dapat terintegrasi dalam mata pelajaran. Pada bahasan ini bahwa PBKL
terintegrasi dalam mata pelajaran biologi. Implementasi PBE/PBKL pada mata
pelajaran biologi yaitu dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran biologi, yang selanjutnya menjadi dasar dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran yang dijadikan acuan pelaksanaan
pembelajaran. Namun nuansa PBKL pada perangkat yang dikembangkan sangat jelas
terlihat dan operasional.
Walaupun PBE/PBKL di Amerika banyak
diterapkan melalui strategi inquiry, namun strategi atau metode pembelajaran
yang digunakan dalam PBE/PBKL tidak terikat dengan satu strategi atau metode
tertentu, dan dapat menggunakan strategi atau metode yang disesuaikan dengan
kondisi bahan ajar dan lingkungan yang ada. Deskripsi PBE/PBKL seperti;
pembelajaran sebagian dilakukan di luar kelas, pembelajaran terorientasi
mengembangkan keterampilan siswa sesuai dengan potensi keunggulan lokal maka
dapat dipastikan bahwa pembelajaran ini dilakukan melalui pendekatan
konstruktivisme yang terorientasi terpusat pada siswa. Keberadaan guru sebagai
fasilitator dalam PBKL dapat mencairkan nuansa formal dan kaku seperti yang
sering terjadi pada pembelajaran konvensional.
Sekolah
harus mampu merancang program pembelajaran untuk membantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan seperti berpikir kritis, kemampuan memecahkan
masalah, strategi perubahan sosial. Ketrampilan-keterampilan seperti ini akan
membantu siswa untuk mencapai tujuannya secara lebih efektif yang muncul dari
sikap peduli lingkungannya. Sekolah harus memberikan kesempatan kepada generasi
muda untuk mempertimbangkan dan mengklarifikasi nilai-nilainya yang berkaitan
dengan berbagai hal yang ada di lingkungannya/daerahnya.
Perlu
dikembangkan strategi untuk pengembangan kurikulum, implementasi, dan evaluasi.
Strategi di bawah ini cukup efektif untuk memapankan program PBE/PBKL :
1. Membentuk dan memapankan komite untuk mengembangkan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi program PBE/PBKL dan memfasilitasi
komunikasi.
Tugas
komite adalah:
1.
Membantu pengembangan filosofi dan struktur program
2.
Mengidentifikasi perubahan yang diperlukan untuk secara penuh implementasi
program.
3.
Mengidentifikasi kekuatan sistem di sekolah dan di masyarakat.
4.
Mengembangkan strategi untuk implementasi program
5.
Mengimplementasikan program
6.
Mengadministrasikan program
7.
Memelihari komunikasi yang efektif di dalam sistem sekolah dan diantara system
sekolah dan masyarakat.
8.
Mengevaluasi keefektifan program dalam pencapaian tujuan umum dan tujuan
khusus.
2.
Menyusun
maksud/tujuan umum sesuai dengan program yang akan dirancang.
Tanpa
menyatakan tujuan, program akan menjadi pengalaman-pengalaman yang tidak
berkaitan, dan terbatas hanya pada tujuan program yang terbatas. Tujuan umum
program pendidikan ini adalah mengembangkan setiap individu dalam hal:
1.
Kesadaran,
pemahaman dan kepedulian terhadap potensi keunggulan lokal/daerahnya
2.
Kesadaran,
pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalahnya yang
berkaitan.
3.
Pengetahuan,
keterampilan, motivasi, dan komitmen untuk bekerja dalam mengembangkan potensi keunggulan lokal/daerahnya
4.
Pengetahuan,
keterampilan, motivasi, dan komitmen untuk bekerja dalam pemecahan
masalah-masalah yang ada dan diproyeksikan.
Untuk
mencapai tujuan di atas diperlukan struktur dan proses yang dapat membantu
individu dan kelompok:
1.
Mendapatkan pemahaman bahwa manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari
sistem lingkungan dan apapun yang mereka lakukan terhadap perubahan lingkungan.
2.
Mendapatkan pengetahuan dasar untuk dapat memecahkan masalah lingkungan, dan
mempertimbangkan tanggung jawab individu-individu dan bagian dari masyarakat
untuk bekerjasama dalam pemecahan masalah.
3.
Mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak untuk mencegah dan
memperbaiki penyalahgunaan lingkungan.
3.
Menyusun tujuan sesuai dengan program yang akan dicapai.
Di
bawah ini ada kelompok tujuan yang dapat diukur. Komite harus mendefinisikan
tujuan pendidikan kemudian menyatakan tujuan yang dapat diukur baik dalam ranah
afektif, kognitif dan keterampilan berperilaku. Tiga kategori tujuan harus
dipertimbangkan dalam mengembangkan tujuan khusus program pendidikan lingkungan
yang harus diarahkan kepada:
1.
Afektif-membantu individu mendapatkan perasaan yang
kuat dan mendasar untuk mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan/daerahnya
dan motivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pengembangan potensi
daerah serta pemeliharaan dan peningkatan kualitas lingkungan.
2.
Kognitif-membantu individu mendapatkan pemahaman
dasar tentang lingkungan, potensi keunggulan lokal/daerahnya secara menyeluruh
dan masalah-masalah yang berkaitan.
3.
Keterampilan berperilaku-membantu individu
mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak untuk mengembangkan potensi
local/daerah, pencegahan degradasi lingkungan dan perbaikan penyalahgunaan
lingkungan.
4. Mereview literature berkaitan dengan teori-teori belajar,
pengajaran, dan sikap serta perubahan perilaku yang berfungsi sebagai
prinsip-prinsip pemandu dalam formulasi, implementasi, dan evaluasi program.
Hasil
review kepustakaan untuk mendapatkan butir-butir berikut di bawah ini diharapkan
harus dipertimbangkan dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
program PBKL.
1.
Perilaku yang positif dan kuat harus diperkuat oleh keadaan di rumah,
sekolah,lembaga keagamaan, organisasi generasi muda, dsb.
2.
Usaha yang paling efektif adalah mana kala siswa dihadapkan pada tugas yang ada
dalam rentang kemampuannya, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.
3.
Siswa kemungkinan akan melibatkan diri secara aktif kedalam suatu kegiatan
manakala keberadaan mereka memiliki peran bermakna dalam pemilihan dan
perencanaan setiap kegiatan.
4.Reaksi
dari guru yang berlebihan kemungkinan akan menjadi bertentangan,bertahan atau
melarikan diri.
5.
Hal yang telah dipelajari kemungkinan besar dapat digunakan jika segera
diperoleh sebelum waktunya diperlukan.
6.
Proses belajar harus melibatkan metode inkuiri yang dinamis.
7.
Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa. Hal yang dipelajari harus
sesuai dengan yang dia lakukan, bukan sesuai dengan yang dilakukan guru. Hal
yang paling penting adalah memberi pengalaman bukan memberi sesuatu yang akan
diabaikan siswa.
8.
Salah satu kunci motivasi adalah ketakjuban atas suatu penemuan bukan terhadap
sesuatu yang secara umum ditampilkan guru dan mengatur siswa agar
membuktikannya.
9.
Membantu setiap siswa mendapatkan hanya pengetahuan teknis tanpa memperdulikan
masalah lingkungan tidak akan meningkatkan kepedulian mereka terhadap masalah
lingkungan.
10.
Setiap orang kemungkinan akan terlibat di dalam masalah lingkungan secara
personal jika kehadirannya memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan.
5. Menyusun tujuan umum program untuk membantu mencapai
maksud dan tujuan yang sudah dinyatakan
Kurikulum
harus dirancang baik secara horizontal maupun vertikal. Mata pelajaran seperti
sains dan ilmu pengetahuan sosial tidak harus dipelajari secara terpisah;
keduanya harus direncanakan sehingga siswa dapat menggunakan kontribusinya
secara interdisiplin dalam memahami dan memecahkan masalah. Selanjutnya,
kurikulum harus mempertimbangkan perbedaan individu. Tidak ada urutan kebutuhan
yang berlaku untuk semua siswa. Dengan demikian kurikulum harus bersifat
fleksibel sehingga materi dapat ditampilkan berdasarkan latar belakang,
kebutuhan, dan aspirasi siswa
6.
Menyusun kurikulum
(model pengajaran) program PBE/PBKL, yang terdiri atas:
a.
Filosofi dan konsep. Program pendidikan in harus membantu
siswa memahami filosofi dasar tentang daerahnya, potensi daerahnya dan
permasalahan yang berkaitan. Filosofi ini merupakan kerangka dasar program
karena konsep-konsepnya mendasar dan esensial untuk pendidikan PBE/PBKL ini.
b.
Proses yang mendasar untuk program.
Bahwa di dalam belajar sains diperlukan keterampilan, yaitu ketrampilan
terpadu dan ketrampilan dasar. Ketrampilan dasar meliputi ketrampilan proses
untuk melakukan observasi, klasifikasi,pengukuran, komunikasi, dan prediksi, sedangkan
ketrampilan terpadu meliputi ketrampilan untuk merumuskan hipotesis, mengontrol
variabel, merumuskan masalah, dan interpretasi data.
Proses-proses
ini juga membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis,
merencanakan perubahan sosial, dan komunikasi interpersonal
c. Penekanan
program pada setiap tingkatan.
Kegiatan pendidikan ini pada setiap tingkatan
kelas harus memfokuskan pada afektif, kognitif, dan ranah keterampilan
berperilaku. Pada kelas-kelas bawah penekanan pada ranah afektif, dan pada
kelas-kelas akhir pada ranah kognitif dan keterampilan berperilaku. Siswa harus
dilibatkan untuk menggunakan semua inderanya: melihat, mendengar, membaui,
menyentuh, dan merasakan (jika mungkin). Siswa harus dibawa kepada berbagai
lingkungan fisik dan sosial yang beragam agar memiliki pengalaman.
d.
Model pembelajaran.
Tak satupun model pembelajaran yang dapat direspons
semua siswa dalam semua keadaan. Beberapa siswa belajar baik jika berguru
bertindak sebagai pemberi informasi. Siswa lain belajar dengan baik jika ada
iklim interaksi guru siswa yang cukup kuat. Untuk seorang guru hal yang penting
adalah guru membantu keterampilan personal siswa dan situasi yang ada kemudian
dipadukan dengan model pembelajaran untuk mendapatkan lingkungan belajar
terbaik. Model pembelajaran yang paling umum di kelas adalah guru mencerna
informasi sebelumnya dan selanjutnya meneruskan kepada siswa
e.
Panduan kepekaan siswa untuk bekerja
pada masalah lingkungan local.
Siswa untuk masuk komunitas dan melakukan
pemecahan masalah pada lingkungan sekitar harus terlebih dahulu training
intrapersonal dan interpersonal..
7.
Memapankan program
pendidikan in-service bagi guru
secara komprehensif.
Untuk
membantu siswa mendapatkan pengetahuan tentang filosofi daerahnya, potensi
daerahnya dan permasalahan yang berkaitan, sikap dan keterampilan yang penting
untuk memecahkan masalah-masalah di lingkungan, maka program pendidikan guru
harus merupakan bagian integral dari program PBE/PBKL.
8. Mengembangkan lingkungan penguatan
Untuk
mengubah keyakinan, sikap, nilai-nilai, dan pola perilaku siswa diperlukan
lingkungan penguatan yang sangat kuat. Untuk itu sangat penting bagi komite
bekerja dengan semua komponen masyarakat untuk mengidentifikasi cara-cara
dimana setiap komponen dapat membantu sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan ini
yang sudah dinyatakan. Perlu juga setiap komponen masyarakat untuk melakukan
asesmen terhadap programnya untuk memperkuat kontribusi PBE/PBKL kepada seluruh
masyarakat
9. Menyusun strategi untuk menangani kesenjangan program
Untuk
menangani masalah kendala pada implementasi program PBE/PBKL, sangat penting
komite mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi kendala dan perlu
ditangani agar pendidikan ini dapat berhasil. Salah satu hal yang harus dilakukan
komite adalah melakukan analisis lapangan untuk membantu memecahkan setiap
masalah. Setiap masalah dan tujuannya harus dinyatakan secara jelas akan mampu
membantu memecahkan masalah. Langkah berikutnya adalah melakukan asesmen
terhadap kekuatan atau daya dorong dan kelemahan masalah khusus. Langkah
terakhir adalah mengidentifikasi tindakan dan strategi yang mungkin untuk
membantu mencapai tujuan dengan menggunakan kekuatan untuk menangani kelemahan.
10. Mengembangkan instrumen untuk evalusi
keefektifan program
Hal yang sangat penting adalah bahwa program PBE/PBKL
harus dievaluasi secara berkala untuk menentukan tercapainya tujuan yang telah
dinyatakan. Hasil evalusi harus digunakan sebagai balikan sehingga program
dapat dimodifikasi untuk mencerminkan informasi yang dihasilkan dari instrumen
evaluasi.
Instrumen penilaian yang dapat dipercaya
telah dikembangkan di lapangan untuk mengukur perubahan pada siswa dan guru
dalam hal orientasi masyarakat, ranah kognitif, ranah afektif, keterampilan
berperilaku, persepsi terhadap lingkungan/daerahnya, nilai-nilai dan perilaku
eksplorasi, konsep diri, interaksi siswa-guru, motivasi, dan pemahaman konsep.
Individu-individu dan komite yang tertarik dalam evaluasi program ini harus
familiar, akrab dengan instrument.
C.
Pemanfaatan Potensi Lokal dalam
Pengembangan dan Pelaksanaan KTSP SMA di Kabupaten Batanghari.
Perlu dilakukan
identifikasi terhadap Potensi Lokal yang ada di wilayah/daerah Jambi. Identifikasi
dapat dilakukan oleh guru-guru MGMP biologi di masing-masing sekolah. Sekolah
membuat perencanaan dan melakukan pemanfaatan potensi local yang ada disekitar
sekolah masing-masing walaupun kadar pemanfaatannya masih sangat terbatas dan
berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lain.
Berikut daftar Potensi Sekolah/ Lokasi dekat sekolah
dan Potensi Luar Sekolah
(dalam Satu Kabupaten) yang Sekiranya Dapat Digunakan untuk Mendukung
Pembelajaran Biologi Tetapi Belum Dimanfaatkan dalam Pembelajaran Biologi di
Kabupaten Batanghari
No
|
Potensi sekolah/lokasi
dekat sekolah
|
Karakteristik
|
Topik Pembelajaran
|
1
|
Tanaman
obat dan
tanaman
hias
|
Memiliki
banyak jenis,
terstruktur
dalam lokasi
terpisah
|
Keanekaragaman
hayati, modifikasi akar, batang dan daun
|
2
|
Jagung
dan kacang
|
Mudah
ditanam, mudah
didapat,
bisa ditanam setiap saat, memiliki struktur yang jelas, representatif sebagai
contoh
dikotil dan monokotil
|
Struktur
tumbuhan dikotil dan monokotil
|
3
|
Rhoediscolor
|
Memiliki
permukaan daun
yang
berbeda warnanya antara permukaan atas dan bawah, epidermis berwarna, daun
tebal, lunak, mudah disayat
|
Plasmolisis
|
4
|
Tempat
pengolahan
sampah
|
Sampah telah dipisahkan menurut jenisnya
|
Daur ulang limbah
Mengolah limbah organic dan anorganik
|
5
|
Taman Sekolah
|
Memiliki koleksi yang sangat lengkap terkait
dengan tanaman hias yang dikelola oleh para siswa sendiri
|
·
Keanekaragaman
organism
·
Keanekaragaman
bunga
·
Klasifikasi
·
Jaringan
Tumbuhan
·
Reproduksi
|
6
|
Hutan
|
Banyak jenis tanaman, terpola, luas, dalam petak-petak yang jelas,
|
·
Keanekaragaman tumbuhan
·
Keanekaragaman hewan
·
KSDA
|
7
|
Sepanjang sungai Batanghari
|
Banyak hewan avertebrata, hewan sungai lainnya, ikan
|
·
Avertebrata
·
Keanekaragaman hayati
·
Keanekaragaman hewan
·
Ekologi sungai
|
8
|
Balai Benih Ikan di desa Karmeo Batin XXIV
|
Balai pembibitan ikan, tempat penyiapan bibit ikan, induk ikan,
pemeliharaan ikan, ikan konsumsi dan pasar ikan
|
·
Pelestarian SDA hayati
·
Pembudidayaan ikan
·
Pertumbuhan dan perkembangan
ikan
·
Tehnologi reproduksi
|
9
|
Industri Tempe
|
Industri tradisional, memanfaatkan jamur dalam peragian
|
·
Bioteknologi konvensional
|
10
|
Ekosistem sawah
|
Ditanami berbagai tanaman pangan, banyak ditemukan berbagai hama tanaman
|
·
Ekosistem
·
Keanekaragaman hayati
·
Agroekosistem
·
Hama tanaman pangan
|
11
|
Hasil buangan limbah pabrik
|
Limbah pabrik dialirkan ke sungai
|
·
Polusi air atau tanah
|
12
|
Kebun sekolah/taman
|
Buatan, alami, liar terdapat berbagai macam tanaman bunga, pohon
perindang, dan tanaman dalam pot
|
·
Ekologi
·
Keanekaragaman hayati
·
Ekosistem buatan
·
Klasifikasi
·
Pertumbuhan
·
Pemeliharaan
·
Ruang lingkup biologi
|
13
|
Kebun kosong di luar sekolah
|
Tempat pembuangan sampah
|
·
Lingkungan
·
Penelitian sederhana
·
Kerusakan lingkungan
|
14
|
Kantin
|
Limbah
|
·
Pengelolaan limbah
|
15
|
Tempat pengomposan
|
Pengelolaan sampah
|
·
Daur ulang
·
Etika lingkungan
|
16
|
Pembuatan batu bata
|
Eksploitasi tanah, air, tidak ada usaha rehabilitasi tanah, tanah subur
|
·
Kerusakan lingkungan
·
Eksploitasi tanah
·
Etika lingkungan
·
Polusi
|
17
|
Perkebunan kelapa sawit
|
T anaman kelapa sawit
|
·
Reproduksi
·
Pertumbuhan
·
Pemeliharaan
·
Ruang lingkup biologi
|
18
|
Peternakan
|
Peternakan tradisional
|
·
Bioteknologi
·
Composting
·
Biogas
|
19
|
Budidaya jamur di Muara Bulian
|
Produksi jamur tiram, skala menengah,
|
·
Fungi
·
Pembudidayaan
·
Pembuatan media
|
20
|
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
|
Memiliki sumber daya, laboratorium, dan sumber daya manusia yang
memadai di bidang pertanian
|
·
Bioteknologi
·
Pertumbuhan tanaman
·
Kultur jaringan
·
Pembibitan
|
21
|
Rumah sakit HAMBA/ Puskesmas
|
Tersedianya alat dan data medis
|
·
Sistem-sistem pada manusia
·
Kelainan penyakit
|
Potensi yang dimiliki Kabupaten Batanghari yang
belum dimanfaatkan dalam pembelajaran biologi masih sangat banyak.
Ptensi-potensi tersbut jika digunakan sesuai dengan topic-topik yang relevan
akan memberikan berbagai alternative kegiatan yang pada akhirnya akan
memberikan wawasan dan pengetahuan yang memadai bagi guru maupun siswa.
D.
Sumber
Belajar Biologi yang diharapkan dapat mendukung Implementasi KTSP SMA di
Kabupaten Batanghari
Banyak variasi sumber belajar biologi yang dapat digunakan dalam
mendukung implementasi KTSP Biologi SMA. Sumber belajar berikut ini dapat
dijadikan alternative selain pembelajaran langsung terhadap objek.
No
|
Sumber Belajar
|
Topik
Pembelajaran
|
1
|
Modul
|
Hampir semua topik
|
2
|
Media pembelajaran berbasis ICT
|
Hampir semua topic
|
3
|
Foto-foto/gambar
|
Hampir semua topic
|
4
|
Leaflet
|
Hampr semua topic
|
5
|
Web
|
Hampir semua topic
|
6
|
Video
|
Hampir semua topic
|
7
|
Slide
|
Hampir semua topic
|
8
|
LKS
|
Hampir semua topik
|
DAFTAR BACAAN
Adisendjaja,
YH, 2007. Penerapan Pendidikan Lingkungan
di Sekolah. Universitas Pendidikan Indonesia.
BSNP. 2006. Model Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran: Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Depdiknas
Depdiknas, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sanjaya, W, 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada
Media Group.
Suratsih, 2010. Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Potensi Lokal Dalam
Kerangka Implementasi KTSP SMA di Yogyakarta.Fakultas MIPA UNY. Yogyakarta.